I.
PENDAHULUAN
Irigasi
adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk
menunjangpertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa,
irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
Dalam
dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia.
Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan
sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air
tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga biasa dilakukan
dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman
satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa
disebut menyiram. Daerah irigasi adalah kesatuan lahan
yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
II.
MACAM-MACAM JARINGAN
IRIGASI
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian,
pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Menurut pengelolaannya Jaringan Irigasi dibagi
menjadi 3 bagian :
1. Jaringan Irigasi Utama / Primer
Meliputi bangunan bendung,
saluran-saluran primer dan sekunder termasuk bangunan bangunan utama dan
pelengkap saluran pembawa dan saluran pembuang. Bangunan ini merupakan bangunan
yang mutlak diperlukan bagi eksploit, meliputi bangunan pembendung, bangunan
pembagi dan bangunan pengukur. Bangunan bendung berfungsi agar permukaan air
sungai dapat naik dengan demikian memungkinkan untuk disalurkan melalui pintu
pemasukan ke saluran pembawa. Bangunan pembagi berfungsi agar air pengairan
dapat didistribusikan di sepanjang saluran pembawa (saluran primer) ke
lahan-lahan pertanaman melalui saluran sekunder dan saluran tersier.
Terdiri pula bangunan ukur yang berfungsi mengukur debit air yang masuk
ke saluran. Dengan demikian distribusi air pengairan ke lahan-lahan pertanaman
melalui saluran sekunder dan saluran tersier dapat terkontrol dengan baik,
sesuai dengan pola pendistribusian air pengairan yang telah dirancang.
2. Jaringan Irigasi Sekunder
Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang
terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan
bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya. Jaringan irigasi tersier
adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi
dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter dan
saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
3. Jaringan Irigasi Tersier
Merupakan jaringan air pengairan di petak tersier, mulai air luar dari
bangunan ukur tersier, terdiri dari saluran tersier dan kuarter termasuk
bangunan pembagi tersier dan kuarter, serta bangunan pelengkap lainnya yang
terdapat di petak.
Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan irigasi baru
dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan
penyediaan jaringan irigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan
irigasinya. Peningkatan jaringan irigasi adalah kegiatan meningkatkan fungsi
dan kondisi jaringan irigasi yang sudah ada atau kegiatan menambah luas areal
pelayanan pada jaringan irigasi yang sudah ada dengan mempertimbangkan
perubahan kondisi lingkungan daerah irigasi.
Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi,
pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi. Operasi jaringan irigasi adalah upaya
pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup
pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan,
menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan
data, memantau dan mengevaluasi. Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang
meliputi pembagian, pemberian, dan penggunaan air irigasi.
Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu
yang dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang
didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang
pertanian dan keperluan lainnya. Pembagian air irigasi adalah kegiatan membagi
air di bangunan bagi dalam jaringan primer dan/atau jaringan sekunder. Pemberian
air irigasi adalah kegiatan menyalurkan air dengan jumlah tertentu dari
jaringan primer atau jaringan sekunder ke petak tersier.
Penggunaan air irigasi adalah kegiatan memanfaatkan air dari petak
tersier untuk mengairi lahan pertanian pada saat diperlukan. Pembuangan air
irigasi, selanjutnya disebut drainase, adalah pengaliran kelebihan air yang
sudah tidak dipergunakan lagi pada suatu daerah irigasi tertentu. Pemeliharaan
jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu
dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan
kelestariannya.
Pengamanan jaringan irigasi adalah upaya menjaga kondisi dan fungsi
jaringan irigasi serta mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan terhadap
jaringan dan fasilitas jaringan, baik yang diakibatkan oleh ulah manusia,
hewan, maupun proses alami. Rehabilitasi jaringan irigasi adalah kegiatan
perbaikan jaringan irigasi guna mengembalikan fungsi dan pelayanan irigasi
seperti semula. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi partisipatif yang
selanjutnya disebut PPSIP adalah penyelenggaraan irigasi berbasis peran serta
masyarakat petani mulai dari pemikiran awal, pengambilan keputusan, sampai
dengan pelaksanaan kegiatan pada tahapan perencanaan, pembangunan, peningkatan,
operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi.
III.
PRINSIP-PRINSIP
DASAR PENATAAN JARINGAN PENGAIRAN
Berkaitan dengan keterbatasan kondisi bagi perancang pemberian air
pengairan pada lahan-lahan pertanian seperti telah dikemukakan maka
prinsip-prinsip dalam penataan jaringan pemberi air pengairan (irigasi) dapat
dikemukakan sebagai berikut.
a. Prinsip-prinsip dasar penataan jaringan
1. Sistem irigasi bagi lahanlahan pertanian yang terdiri dari jaringan
irigasi utama dan jaringan irigasi tersier, harus berada pada tempat tertentu
pada lahan-lahan yang letaknya lebih tinggi dari lahan dari letak lahan
pertanaman.
2. Sistem irigasi harus ditata sependek atau sesingkat mungkin dan dengan
demikian dapat tercegah berkurangnya tekanan aliran air dan air pengairannya
selama dalam perjalanan dikarenakan halhal yang tidak terduga dan dengan
pendek/singkatnya jarak tatanan sistem irigasi tersebut, maka di samping
sarana-sarana pembagi air pengairan dapat dibangun seekommis mungkin juga daya
penyampaiannya dapatterjamin.
3. Jaringan irigasi utama dan jaringan irigasi tersier sebaiknya dibangun
sejalan mengikuti garis kontur atau mendekati ke arah itu terutama untuk maksud
memperoleh ketinggian terjunan aliran air yang cukup menambah tekanan aliran
air selanjutnya, sehingga air pengairan dapat mencapai lahan pertanaman yang
lebih
4. Saluran-saluran tersier harus mampu mengalirkan air dengan cukup ke
petakpetak tersier, dalam hal ini untuk pesawahan harus mampu melakukan
penggenangan (flooding).
5. Pembangunan tanggultanggul di kedua tepi saluran tersier ataupun
kuarter sebaiknya tidak terlalu tinggi agar dengan demikian air permukaan
pada saluransaluran dapat mudah dilimpahkan keareal pertanaman yang akan diberi
air.
6. Saluran pembuang air pengairan dari petak-petak pertanaman yang airnya
telah dimanfaatkan untuk flooding (penggenangan) ataupun furrowing (penyaluran)hendaknya
dibuat sedemikian rupa agar dapat berfungsi denganlancar, karena kalau
saluransaluran pembuang itu tidak berfungsi dengan baik atau pun
pembuatannya diabaikan, banyak kemungkinan terjadinya kejenuhan pada air
di petak-petak pertanaman.
Disamping itu dapat terjadi peluapan mengingat masuknya air secara
terus menerus sedang pembuangannya sangat sulit atau tidak ada, lebihlebih
kalau permeabilitas air pengairan di lahanlahan/petak-petak pertanaman tersebut
sangat minim. Saluran pembuang air ini adalah lebih baik kalau berhubungan
dengan saluran pembuang yang alami (sungai, celah-celah jurang, dan sebagainya)
atau dibuat khusus tergantung pada keadaan lahan setempat dan kepentingannya.
Prinsip fundamental diatas seharusnya diterapkan pada sistem jaringan pengairan
yang dipilih atau digunakan.
Dari sekian banyak system jaringan pengairan system yang sering
digunakan adalah: sistem, random dan sistem parallel. -
Sistem random jaringan pengairan. Sistem ini banyak digunakan karena secara
leluasa dapat disesuaikan terhadap kondisi lahan yang dihadapi, dengan hanya
sedikit atau tidak memerlukan perubahan keadaan to-pografi. ancangan
penataannya yang baik akan menghasilkan pemberian air pengairan
yang efektif karena dengan perancangan dan penataannya yang baik itu akan mampu
menampung aliran air yang tersedia secara maksimum yang dengan ancar melalui
sarana-sarananya akan sampai ke petak-petak pertanaman. Saluran induk (utama)
biasanya mengikuti tempat dengan elevasi tertinggi yang berada di punggung
lahan atau disepanjang garis kontur.
Sistem paralel jaringan pengairan Dengan sistem ini, jaringan pemberi
air pengairan dan jaringan pengalir/pembuangnya dibangun secara sejajar
beraturan. Karenany sistem ini umumnya diterapkan pada lahan yang datar dan
juga pada lahan yang berlereng sedang yang tidak banyak bergelombang, maka pada
lahan yang terakhir ini saluran utama (induk) harus dibuat atau digali dengan
mengikuti garis kontur (seperti pada jaringan dengan sistem random dengan
elevansi ketinggian yang cukup, dengan demikian pengairan dapat tergiring
dengan tekanan/dorongan yang kup lumayan untuk masuk ke dalam saluran-saluran
sekunder dan tersier dan selanjutnya ke petakpetak penanaman.
a.1 Bendungan
Bendungan merupakan bangunan air yang dibangun secara melintang pada
sungai, yang tujuannya agar permukaan air sungai di sekitarnya dapat naik
sampai ketinggian tertentu, dengan demikian air sungai tadi dapat dialirkan
melalui pintu sadap ke ke saluran-saluran pembagi air pengairan ke lahan-lahan
pertanian. Bendungan harus dibuat secara kuat agar tetap tahan untuk jangka
waktu panjang/lama, tinggi tepi tembok bendung didasarkan pada debit maksimum
untuk jangka waktu tertentu. Bagian-bagian bendung meliputi :
a. Badan bendung, yang pembuatannya dari pasangan-pasangan batu kali atau
dengan beton, dengan tinggi yang disesuaikan dengan kepentingan air irigasi.
b. Pintu penguras : Dibuat di ujung badan yang ada bersambung dengan
saluran kantong penguras dibuatkan pinto masuk.
c. Pintu pengambilan : Dibuat di ruang penguras yang diletakkan sekitar 1
meter atau lebih di atas lantai .
Dalam merancang jaringan pengairan dan drainasenya, yang garis besarnya
telah dikemukakan, hasil rancangan akan ada manfaatnya dan mudah dan
tepat dilaksanakan di lapangan kalau rancangannya benar-benar atas dasar hasil
survai yang teliti yang menghasilkan data-data yang dapat diandalkan mengenai
hal-hal sebagai berikut :
a. Sumber air pengairan yang memungkinkan termasuk kualitas nya
b. Topografi dan keadaan lahan yang memungkinkan dalam pembangunan
saluran/jaringan, terutama mengenai keadaan lereng terkecil dan terbesar di
mana saluran-saluran (induk dan atau pembagi) akan ditempatkan pada lahan
tersebut.
c. Macam dan kegiatan petanaman yang akan diusahakan dengan terjaminnya
air pengairan ke areal pertanaman itu.
d. Demi terjaminnya air pengairan ke areal pertanaman tersebut, sistem
jaringan pengairan yang dipilih adalah yang sangat memungkinkan untuk
diterapkan Panjang jangkauan aliran air pengairan yang dapat diperkirakan
sampai ke areal pertanaman dan petak-petak pertanaman, sejak dari sumber
airnya
e. Pembatas-pembatas yang terdapat pada lahan di mana jaringan air
pengairan akan ditempatkan
f.
Faktor-faktor yang menunjang bagi
terlaksananya pembangunan jaringan pengairan, terutama yang terdapat di sekitar
lahan yang akan ditempati sarana jaringan.
Data-data di atas merupakan informasi yang sangat penting bagi
penentuan dan keberhasilan rancangan dan pelaksanaannya. Memperkirakan
kebutuhan air Hal penting yang diperhatikan adalah bahwa dengan dibangunnya
irigasi yang menghubungkan sumber air dengan petak pertanaman, adalah agar
petak-petak pertanaman memperoleh air pengairan yang cukup bagi pertumbuhan
tanaman. Agar supaya maksud di atas tercapai dengan baik atau mendekati, maka
kebutuhan air di petak-petak pertanaman tersebut perlu diperkirakan atas dasar
:
a. Tingkat
pemakaian:
Tingkat pemakaian adalah jumlah air keseluruhan yang ditranspirasikan
tanam an dan yang dievaporasikan oleh tanah dari areal lahan pertanaman dalam
satuan waktu dibandingkan terhadap area lahan yang bersangkutan. Tingkat
pemakaian air tergantung pada pertanaman yang ada di area lahan yang
bersangkutan beserta kondisi iklim setempat.
b. Tingkat
efisiensi jaringan
Tingkat efisiensi jaringan ialah ketepatgunaan jaringan pengairan yang
ada dalam menyampaikan secara teratur air pengairan ke petak-petak pertanaman.
IV.
JENIS-JENIS
IRIGASI
1. Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan merupakan sistem
irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun
melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan
secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal
saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan
pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air
lebih dulu.
2. Irigasi Lokal
Sistem ini air distribusikan dengan
cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi
mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau
secara lokal.
3. Irigasi dengan Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dipakai
penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan seperti kabut, sehingga
tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu, kemudian menetes
ke akar.
4. Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara
perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang
harus menenteng ember.
5. Irigasi Pompa Air
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan
melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan
pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
6. Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi
Di Afrika yang kering dipakai sustem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi air.
Pengalaman Penerapan Jenis Irigasi Khusus :
1. Irigasi Pasang-Surut di Sumatera, Kalimantan, dan Papua
Dengan memanfaatkan pasang-surut air di wilayah Sumatera, Kalimantan,
dan Papua dikenal apa yang dinamakan Irigasi Pasang-Surat (Tidal Irrigation).
Teknologi yang diterapkan di sini adalah: pemanfaatan lahan pertanian di
dataran rendah dan daerah rawa-rawa, di mana air diperoleh dari sungai
pasang-surut di mana pada waktu pasang air dimanfaatkan. Di sini dalam dua minggu
diperoleh 4 sampai 5 waktu pada air pasang. Teknologi ini telah dikenal sejak
Abad XIX. Pada waktu itu, pendatang di Pulau Sumatera memanfaatkan rawa sebagai
kebun kelapa. Di Indonesia terdapat 5,6 juta Ha dari 34 Ha yang ada cocok untuk
dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan dengan pengalaman Jepang di Wilayah
Sungai Chikugo untuk wilayah Kyushu, di mana di sana dikenal dengan sistem
irigasi Ao-Shunsui yang mirip.
2. Irigasi Tanah Kering atau Irigasi Tetes
Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien.
Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman,
kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.
Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:
(1) irigasi tetes (drip irrigation),
(2) irigasi curah (sprinkler
irrigation),
(3) irigasi saluran terbuka (open ditch
irrigation), dan
(4) irigasi bawah permukaan (subsurface
irrigation).
Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes merupakan salah satu
alternatif. Misal sistem irigasi tetes adalah pada tanaman cabai. Ketersediaan
sumber air irigasi sangat penting. Salah satu upaya mencari potensi sumber air
irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah permukaan (groundwater)
melalui pemetaan karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat memberikan
informasi mengenai sebaran, volume dan kedalaman sumber air untuk mengembangkan
irigasi suplemen. Deteksi air bawah permukaan dapat dilakukan dengan
menggunakan Terameter.
V.
PENGALAMAN SISTEM IRIGASI
Pengalaman Sistem Irigasi Pertanian di Niigata Jepang
Sistem irigasi pertanian milik Mr. Nobutoshi Ikezu di
Niigata Prefecture. Di sini terlihat adanya manajemen persediaan air yang cukup
pada pengelolaan pertaniannya. Sekitar 3 km dari tempat tersebut tedapat sungai
besar yang debit airnya cukup dan tidak berlebih. Air sungai dinaikan ke tempat
penampungan air menggunakan pompa berkekuatan besar. Air dari tempat
penampungan dialirkan menggunakan pipa-pipa air bawah tanah berdiameter 30 cm
ke pertanian di sekitarnya. Pada setiap pemilik sawah terdapat tempat pembukaan
air irigasi tersebut. Pembagian air ini bergilir berselang sehari, yang berarti
sehari keluar, sehari tutup. Penggunaannya sesuai dengan kebutuhan sawah
setempat yang dapat diatur menggunakan tuas yang dapat dibuka tutup secara manual.
Dari pintu pengeluaran air tersebut dialirkan ke sawahnya melalui pipa yang
berada di bawah permukaan sawahnya. Kalau di tanah air kita pada umumnya air
dialirkan melalui permukaan sawah. Sedangkan untuk mengatur ketinggian air
dilakukan dengan cara menaikan dan menurunkan penutup pintu pembuangan air
secara manual. Pembuangan air dari sawah masuk saluran irigasi yang terbuat
dari beton sehingga air dengan mudah kembali ke sungai kecil, tanpa merembes
terbuang ke bawah tanah. Pencegahan perembesan air dilakukan dengan sangat
efisien.
Pengalaman Irigasi Perkebunan Kelapa Sawit
Ketersediaan
air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi kelapa sawit.
Kekeringan menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat
terganggu, berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif
maupun fase generatif. Pada fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit
ditandai oleh kondisi daun tombak tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan
pelepah. Pada keadaan yang lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan
jaringan tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah yang mudah patah.
Pada fase generatif kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan produksi
tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga
jantan, pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen
minyak buah rendah.
Manajemen
irigasi perkebunan kelapa sawit, yaitu: membuat bak pembagi, pembangunan alat
pengukur debit manual di jalur sungai, membuat jaringan irigasi di lapang untuk
meningkatkan daerah layanan irigasi suplementer bagi tanaman kelapa sawit
seluas kurang lebih 1 ha, percobaan lapang untuk mengkaji pengaruh irigasi
suplementer (volume dan waktu pemberian) terhadap pertumbuhan vegetatif kelapa
sawit dan dampak peningkatan aliran dasar (base flow) terhadap performa
kelapa sawit pada musim kemarau, identifikasi lokasi pengembangan dan membuat
untuk 4 buah Dam Parit dan upscalling pengembangan dam parit di daerah
aliran sungai.
Subak ( Bali )
Sistem
irigasi Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang khusus mengatur sistem
pengairan sawah yang digunakan dalam cocok tanam padi di Bali, Indonesia. Subak
ini biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura Bedugul,
yang khusus dibangun oleh para petani dan diperuntukkan bagi dewi kemakmuran
dan kesuburan dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur oleh seorang pemuka adat
yang juga adalah seorang petani di Bali.
Revolusi
hijau telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi ini, dengan adanya varietas
padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus menanam padi sesering
mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani lainnya. Ini sangatlah berbeda
dengan sistem Subak, di mana kebutuhan seluruh petani lebih diutamakan. Metode
yang baru pada revolusi hijau menghasilkan pada awalnya hasil yang melimpah,
tetapi kemudian diikuti dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan
polusi akibat pestisida baik di tanah maupun di air. Akhirnya ditemukan bahwa
sistem pengairan sawah secara tradisional sangatlah efektif untuk menanggulangi
kendala ini.
Subak
telah dipelajari oleh Clifford Geertz, sedangkan J. Stephen Lansing telah
menarik perhatian umum tentang pentingnya sistem irigasi tradisional. Ia
mempelajari pura-pura di Bali, terutama yang diperuntukkan bagi pertanian, yang
biasa dilupakan oleh orang asing. Pada tahun 1987 Lansing bekerja sama dengan
petani-petani Bali untuk mengembangkan model komputer sistem irigasi Subak.
Dengan itu ia membuktikan keefektifan Subak serta pentingnya sistem ini.
yup, kita bisa menggunakan selang untuk mengalirkan airnya...
BalasHapushttp://www.indoplastik.com/products-page/selang-terpal-plastik/
Mntp
BalasHapusPAK / BU / MAS / MBAK . MINTA IJIN MENGCOPY INI UNTUK TUGAS SEKOLAH . TERIMA KASIH ATAS SHODAQOHNYA .
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusassalamuaikum wr, wb mas..
BalasHapussaya mau tanya mas, bagai mana perhitungan kebutuhan air pada tanaman kelapa sawit, masalahnya di sumbar telah banyak terjadi ali fungsi lahan dari tanaman padi ke tanaman kelapa sawit. mohon bantuanya untuk kelancaran tugas Akhir saya mas...terima kasih
Mantap,,, perbedan bendung sama bendungan apakah sama??? Tolong di jawab master.....
BalasHapusmakasih kak buat infonya
BalasHapusEMI